摘要:This article explains the dualism of the role of kiai pesantren (Islamic boarding school) in Banyuasin Regency, South Sumatera,as ulama and umara,which was later critically elaborated in this research on its implications to the pesantren education. Substantively,this research was inspired by the results of the study of the authors of the 2018 regional elections and ahead of the 2019 elections and presidential elections. The method of this writing can be categorized as qualitative research. The analysis in this paper is carried out on the basis of the concepts of space and field,especially to examine how far the kiai play religious teachings which they believe in social and political behavior in the midst of people’s lives. The results of this study indicate that the rise of kiai who are involved in the world of politics is full of intrigue and conflict among kiai-politicians. One important thing revealed in the involvement of kiai in the political world was that kiai were too close to power,so they used the pesantren for their political interests and made it an instrument for power. For a kiai of pesantren plus politicians,they should be able to carry out their two professions sincerely and istiqomah. If not,the influence of the kiai becomes meaningless,when his authority is deemed to have deviated from what he should have. As a result,many pesantren were abandoned and their development was very alarming. Because of differences in perspective in politics that lead to feuds between the interfaith and the pesantren that they foster.
其他摘要:Artikel ini menjelaskan terjadinya dualisme peran kiai pesantren di Kabupaten Banyuasin,Sumatera Selatan,sebagai ulama dan umara,yang kemudian dielaborasi secara kritis terhadap implikasinya di dunia pendidikan pesantren. Secara substantif,artikel ini banyak diilhami oleh hasil studi penulis pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2018 dan menjelang pemilu serta pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019. Metode penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Analisis penelitian ini,dilakukan pada dasar konsep ruang (space) dan medan (field),terutama untuk mencermati seberapa jauh kiai memerankan ajaran agama yang diyakininya dalam perilaku sosial politik di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Hasil studi ini menunjukan,bahwa maraknya para kiai yang terjun dalam dunia politik yang sarat dengan intrik dan konflik para kiai-politisi. Satu hal penting terungkap dalam keterlibatan para kiai dalam dunia politik adalah para kiai sudah terlalu dekat dengan kekuasaan,sehingga menggunakan pesantren untuk kepentingan politiknya dan menjadikannya sebagai instrumen bagi kekuasaan. Bagi seorang kiai pesantren plus politisi, hendaknya mampu menjalankan kedua profesinya secara ikhlas dan istiqomah Jika tidak,pengaruh kiai menjadi tidak bermakna,ketika otoritasnya dianggap telah menyimpang dari apa yang seharusnya. Akibatnya banyak pesantren yang terbengkalai dan perkembangannya sangat memprihatinkan. Karena perbedaan cara pandang dalam berpolitik yang menyebabkan perseteruan antar kiai dan antar pesantren yang diasuhnya.